Profil Desa Aribaya
Ketahui informasi secara rinci Desa Aribaya mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Aribaya di Kecamatan Pagentan, Banjarnegara, merupakan sentra agraris dengan komoditas utama salak. Wilayah ini menonjol karena kerukunan umat beragama, khususnya komunitas Buddha, serta tradisi budaya unik seperti Suran di Dusun Pringamba.
-
Sentra Agraris Unggulan
Desa Aribaya merupakan pusat penghasil salak utama di Kecamatan Pagentan, dengan topografi subur yang juga mendukung komoditas pertanian lain seperti kayu albasia dan palawija.
-
Harmoni dalam Keberagaman
Desa ini menjadi contoh kerukunan antarumat beragama, di mana komunitas Buddha di Dusun Pringamba hidup berdampingan secara damai dengan mayoritas penduduk Muslim.
-
Kekayaan Tradisi Hidup
Aribaya melestarikan warisan budaya yang kuat, salah satunya melalui Tradisi Suran di Dusun Pringamba, sebuah ritual unik yang memadukan unsur spiritual, budaya, dan rasa syukur masyarakat.
Terletak di lereng perbukitan yang subur di Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Desa Aribaya menjelma menjadi sebuah wilayah yang dinamis, di mana potensi agraris, kerukunan umat beragama dan tradisi budaya hidup berdampingan secara harmonis. Dikenal sebagai salah satu sentra penghasil salak, desa ini tidak hanya menggantungkan denyut nadinya pada sektor pertanian, tetapi juga pada kekuatan nilai-nilai sosial dan budaya yang diwariskan turun-temurun. Dengan topografi berbukit dan hawa yang sejuk, Aribaya menawarkan potret desa agraris yang terus berupaya mengoptimalkan sumber dayanya untuk kesejahteraan masyarakat.
Kondisi Geografis dan Demografi
Desa Aribaya secara administratif berada di Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara. Letak geografisnya yang berada di daerah dataran tinggi menjadikan wilayah ini memiliki kontur tanah yang subur dan sangat cocok untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Berdasarkan data Kecamatan Pagentan Dalam Angka, luas wilayah Desa Aribaya mencapai 3,14 kilometer persegi.
Batas-batas wilayah Desa Aribaya meliputi:
Sebelah Utara: Desa Gumingsir
Sebelah Timur: Desa Kayuares dan Desa Sokaraja
Sebelah Selatan: Kecamatan Madukara
Sebelah Barat: Desa Karangtengah
Berdasarkan data kependudukan tahun 2022, jumlah penduduk Desa Aribaya tercatat sebanyak 2.160 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya mencapai 687,90 jiwa per kilometer persegi. Data demografis dari arsip desa menunjukkan komposisi penduduk yang beragam, baik dari sisi usia produktif maupun latar belakang sosial-ekonomi, dengan mayoritas warganya menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
Struktur pemerintahan desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Jabatan Kepala Desa Aribaya saat ini dipegang oleh Karyawan Teguh Hudiono, S.H. Beliau dibantu oleh perangkat desa lainnya, termasuk Sekretaris Desa, para kepala urusan (Kaur) dan kepala seksi (Kasi) yang memastikan roda pemerintahan dan pelayanan publik berjalan dengan baik. Salah satu tokoh yang juga tercatat dalam struktur pemerintahan sebagai Kasi Pemerintahan ialah Julianto, yang juga merupakan figur penting dalam komunitas Buddha di desa tersebut.
Perekonomian Berbasis Salak dan Potensi Lainnya
Denyut nadi perekonomian Desa Aribaya sangat ditopang oleh sektor agraris. Komoditas yang menjadi ikon dan andalan utama desa ini tidak lain ialah salak. Perkebunan salak terhampar luas di pekarangan dan lahan-lahan milik warga, menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian besar keluarga. Jenis salak yang dikembangkan mampu bersaing di pasar lokal maupun regional, menjadikan Aribaya sebagai salah satu pemasok penting di Kabupaten Banjarnegara.
Tanah yang subur tidak hanya ditanami salak. Warga desa juga membudidayakan tanaman pangan lain seperti singkong dan jagung untuk kebutuhan subsisten maupun untuk dijual. Selain itu, sektor perkebunan kayu, khususnya kayu albasia (sengon), juga menjadi sumber ekonomi alternatif yang menjanjikan. Pohon-pohon albasia yang tumbuh subur di lereng-lereng perbukitan menjadi tabungan jangka panjang bagi masyarakat.
Potensi ekonomi lainnya yang mulai dikembangkan ialah pengolahan hasil perkebunan, seperti gula aren. Meskipun belum berskala besar, produksi gula aren yang diolah secara tradisional memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk unggulan desa. Pemerintah desa bersama masyarakat terus berupaya mencari terobosan untuk meningkatkan nilai tambah dari berbagai potensi yang ada, termasuk melalui program-program pemberdayaan dan pelatihan.
Kehidupan Sosial dan Kekayaan Budaya yang Terjaga
Salah satu keunikan Desa Aribaya yang paling menonjol ialah kerukunan dan keberagaman kehidupan sosial-keagamaannya. Di desa ini, khususnya di Dusun Pringamba, terdapat komunitas umat Buddha yang hidup harmonis berdampingan dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam. Keberadaan Vihara di tengah perkampungan menjadi simbol nyata dari toleransi yang telah mengakar kuat.
Julianto, seorang tokoh masyarakat sekaligus perangkat desa dari komunitas Buddha, dalam sebuah wawancara dengan Buddhazine pada September 2020, mengungkapkan dinamika kehidupan komunitasnya. "Keberadaan umat Buddha di Dusun Pringamba berawal pada tahun 1987. Berkembang banget juga tidak, tapi berkurang sekali juga tidak," ujarnya. Ia juga menyuarakan harapan agar generasi muda Buddha dapat terus dibimbing untuk memperkokoh keyakinan mereka, menunjukkan adanya kesadaran untuk menjaga keberlangsungan komunitas di tengah tantangan zaman.
Kekayaan budaya Desa Aribaya juga tecermin dalam tradisi tahunan yang terus dilestarikan. Salah satunya ialah Tradisi Suran yang digelar secara meriah di Dusun Pringamba. Tradisi yang dilaksanakan untuk menyambut Tahun Baru Islam ini menjadi ajang ekspresi budaya yang unik. Dalam acara yang diliput oleh media detik.com pada Juli 2023, warga menggelar kirab gunungan hasil bumi keliling kampung dengan mengenakan pakaian adat Jawa.
Kepala Desa Aribaya, Karyawan Teguh Hudiono, menjelaskan makna di balik ritual tersebut. "Peserta arak-arakan setelah keliling kampung kemudian naik ke bukit untuk mengambil air. Di atas bukit itu ada mata air. Ini sebagai simbol keberkahan," katanya. Tradisi ini juga diwarnai dengan fenomena unik, di mana beberapa peserta mengalami kesurupan sesaat setelah turun dari bukit. "Kepercayaannya bahwa leluhur itu masuk ke roh warga untuk menyampaikan pesan-pesan kepada warga di Dusun Pringamba ini," tambah Karyawan. Momen ini menunjukkan betapa kuatnya kepercayaan lokal dan nilai-nilai spiritual yang masih dijaga oleh masyarakat Aribaya.
Tantangan dan Pembangunan Desa
Sebagai wilayah yang berada di daerah perbukitan, Desa Aribaya tidak luput dari tantangan bencana alam, terutama tanah longsor. Pada November 2020, media massa melaporkan kejadian tanah gerak di Aribaya yang berdampak pada rusaknya belasan rumah warga dan area perkebunan salak. Dalam keterangannya kepada media, Kepala Desa Karyawan Teguh Hudiono sigap memberikan informasi dan mengoordinasikan penanganan warga yang terdampak. "Pergerakan tanah ini pertama kali diketahui Jumat (30/10) dini hari. Awalnya memang tak seberapa, tapi setiap hujan turun semakin bertambah," jelasnya kala itu.
Menghadapi tantangan tersebut, pemerintah desa bersama lembaga terkait terus berupaya melakukan mitigasi bencana dan meningkatkan kesadaran warga. Infrastruktur desa, seperti akses jalan dan irigasi, juga menjadi fokus pembangunan untuk menunjang aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Inisiatif pembangunan juga datang dari kalangan akademisi, seperti yang terlihat dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) pada tahun 2024. Program-program yang mereka jalankan, seperti sosialisasi stunting, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), hingga inovasi irigasi tetes untuk pertanian, memberikan kontribusi positif bagi kemajuan desa. Keberhasilan Karang Taruna desa yang pernah meraih juara dalam lomba film promosi kesehatan tingkat provinsi juga menjadi bukti kreativitas dan potensi sumber daya manusia di Aribaya.
Dengan perpaduan antara potensi agraris yang melimpah, kekayaan budaya yang unik, serta semangat kebersamaan dalam menghadapi tantangan, Desa Aribaya terus bergerak maju. Di bawah kepemimpinan yang responsif dan masyarakat yang guyub, desa ini menjadi contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat bersanding dengan semangat pembangunan untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah di dataran tinggi Banjarnegara.